Mengenai Saya

Foto saya
Allein, aber nicht einsam

Senin, 03 Maret 2014

Falerta (7th Novel)






Danau itu terletak tepat di belakang Asrama putra dan putri. Tepatnya di pertengahan kedua Asrama. Danau itu cukup luas, banyak pepohonan rimbun yang mengelilinginya. Pepohonan itu kebanyakan ditanam menghadap ke Asrama putri, cukup sulit bagi murid-murid perempuan untuk melihatnya. Danau itu mengingatkan Falerta pada Danau Greyshine yang bisa dilihat dari taman Mansion Crowndelyn. 

Udara danau malam ini sangat dingin. Bulu kuduk Falerta meremang, perasaannya tidak enak. Ia melihat Tere. Gadis itu sedang membentangkan kedua tangannya, memejamkan mata, membusungkan dada. Kemudian Tere menarik nafasnya dalam-dalam, menghirup udara danau.

Tere menoleh ke arah Falerta seraya tersenyum.

“Segar ya, Fal. Pemandangannya indah sekali.”, lalu menoleh ke arah danau dengan wajah berseri-seri.

Falerta mengernyit. “Segar? Indah? Tere, jelas-jelas dingin sekali udara di sini. Aku tidak dapat melihat sedikitpun riak-riak air danau karena suasananya gelap sekali.”, kata Falerta dengan nada suara tidak percaya.

Tere hanya menggelengkan kepalanya. “Buka lebar-lebar pikiran dan hatimu Fal. Kau akan merasakannya.”,katanya perlahan.

Tere kembali memejamkan mata. “Ya, mereka sudah datang.”,gumamnya. Kemudian ia membuka mata secara perlahan seraya menatap ke arah danau.

Falerta semakin heran dengan perkataan Tere. “Mereka siapa?”, tiba-tiba bulu kuduknya meremang. “Jangan buat aku takut Tere.”, ia meraih pergelangan tangan Tere, memegangnya erat-erat seraya memandang ke sekelilingnya dengan cemas.

“Ada satu rahasiaku yang akan aku beritahukan padamu, Fal.”,kata Tere. Ia tersenyum pada Falerta. Bagi Falerta, wajah Tere saat ini semakin menakutkan dengan senyuman aneh seperti itu. Apalagi cahaya bulan purnama malam ini sangat terang, menyorot wajahnya hingga terlihat bersinar dan menyeramkan.

“Rahasia apa?”, tanya Falerta dengan suara bergetar ketakutan.

“Tapi kau harus berjanji tidak akan memberitahukan rahasia ini pada siapapun.”,kata Tere mengacungkan telunjuknya di depan wajah Falerta.
Falerta mengangguk.

“Aku punya indera keenam.”, kata Tere. Falerta sontak kaget, ia langsung melepaskan genggaman tangannya dari pergelangan tangan Tere. “Dan aku tentunya bisa melihat hal-hal yang tidak dapat dilihat manusia biasa.”, lanjutnya.

“Hal-hal…maksudmu makhluk halus seperti hantu?”, tanya Falerta, tubuhnya semakin bergetar ketakutan. “Kau sedang tidak bercanda kan?”,tanyanya, berusaha tertawa, tapi yang keluar dari bibirnya hanya sebuah lengkingan yang nyaring.

Tere menggeleng. “Saat ini, kita kedatangan lima. Dua wanita, satu pria, dan dua anak kecil. Mungkin sebentar lagi ada yang lain yang akan datang.”,katanya, tenang. Falerta mengerang pelan. Sangat ketakutan. Keringatnya mengucur deras dari dahi dan tengkuknya.

“Tolong Tere. Hentikan. Aku takut….”,kata Falerta memohon.

Tere kembali tersenyum. “Tenangkan dirimu Fal…percayalah…mereka tidak akan mengganggumu kalau kau tidak merasa takut.”

Falerta mendelik ke arah Tere. “Kau sudah gila!”, serunya. “Tentu saja aku takut!!!!!”, jeritnya, kemudian ia berlari meninggalkan Tere sendirian di danau itu, secepat kilat kembali ke Asrama. Ia tidak tahu apakah ia akan kembali tidur di kamarnya bersama Tere. Pada situasi seperti ini, Falerta lebih memilih tidur dengan Stefanie, Divan, dan Laysa daripada harus sekamar dengan orang seperti Tere. Orang aneh yang punya indera keenam dan sangat terobsesi bersahabat dengan makhluk dari dunia lain karena kemampuannya itu.


**

Apa jadinya jika seorang anak jalanan yang setiap hari mengemis, tiba-tiba menjadi konglomerat? Ya, Cinderella bernama Falerta ini mendapat segala fasilitas mewah, termasuk sekolah di Akademi Bian-Cesar. Namun, kehidupan di akademinya membawanya ke sebuah insiden yang menguak masa lalu ibu angkatnya dan keluarga besarnya. Ia terseret ke dalam sebuah tragedi yang disebabkan oleh konspirasi pesaing dari keluarga besar ibu angkatnya. Ada intrik, pengkhianatan, air mata, ketulusan, serta cinta dalam cerita ber-setting dan bergaya harlequin ini.