Publisher : DIVA PRESS - Jogjakarta
Penulis : Thee & Rien (nama pena Asrini Mahdia)
*Frea adalah novel Asrini Mahdia dengan memakai nama pena RIEN untuk terakhir kalinya..........
TESTIMONI
“Pembunuhan mengerikan tapi juga cantik.
Aksi gigih detektif dan siapa di balik sosok Frea sebenarnya membuat
kita terhanyut dalam setiap lembar halaman novel ini. Seru, menegangkan,
membuat penasaran, sekaligus merinding.”
Riheam,
penulis buku “Love in Prague”.
Riheam,
penulis buku “Love in Prague”.
“Siluet membuat saya tak sanggup melepaskannya sebelum selesai membaca. Memikat, mencekam, dan bikin penasaran!”
Hans K. C. Mira,
penulis buku “Hantu Pancoran dan Kisah-Kisah Lainnya”.
“…Dirangkai dalam plot yang mengalir indah, Siluet membuat saya merinding, menahan napas, sekaligus tersentak oleh benang merah yang menghubungkan setiap detail peristiwa dengan begitu memukau. Two thumbs up buat Thee dan Rien.”
Rina Suryakusuma,
penulis buku “Jejak Kenangan”.
“Ketegangannya dirangkai dengan plot yang matang. Penuh petualangan liar dan brutal. Duet yang menyatu.”
Ruwi Meita,
penulis buku “Rumah Lebah”
Yuri menelusuri sisi bawah ranjang. Membuka peralatan investigasinya. Lampu dengan laser hijau serta alat-alat penjelas sidik jari. Menelusuri setiap senti kulit kayu ranjang itu dengan kelihaian teknik dan analisanya. Tanpa henti, dia bertekad untuk menemukan barang bukti yang lain saat ini. Karena dia bertekad untuk mengakhiri aktivitas Siluet dan menuntaskan semua kasus pembunuhan ini. Yuri ingin keempat korban pembunuhan dari Siluet itu dapat tidur dengan tenang.
Seketika tangannya terhenti. Tak lagi bergerak. Matanya menyipit, menyelami salah satu space dari pori-pori kayu ranjang tersebut.
Noda.
Darah lain. Bukan darah yang sama seperti yang terdapat di ranjang. Bukan darah milik Roni.
Sebuah konspirasi lain, selain detektif dan pembunuh psikopat, mewarnai novel ini. Memiliki kedudukan yang penting di dalam cerita dan benang merah yang menentukan akhir dari cerita ini. Konspirasi dari sebuah sindikat terlarang kloning kelas dunia bernama Treize Lune.
Siapa sangka di kawasan pedestrian tertua Rusia ini terdapat sebuah markas sindikat rahasia pencetus program kloning manusia. Arbat Street, tempat favorit yang banyak dikunjungi masyarakat Rusia. Seperti Monas atau GOR Senayan di Jakarta. Tidak seorang pun yang tahu bahwa markas besar perencanaan kloning tingkat dunia bersemayam di bawah tempat pijakan kaki-kaki mereka.
**
Sebenarnya sudah cukup lama Jean Paul dan Peter Brezhnev sampai di pintu utama Treize Lune. Tombol dengan ukiran simbol TЛ. T = Treize. Л = луне (Lune = Bulan). Tombol bulat berwarna senada dengan temboknya, berbentuk pipih di bagian tengahnya itu ditanam di salah satu sisi tembok Arbat Street, persis di samping pertokoan yang menjual boneka-boneka matryoshka.
Sindikat ini mengontrol gerak produksi perdananya yang berkode TЛ-1, mengontrolnya, agar sindikat ini dapat memproduksi hasil kloning manusia yang lain untuk menguasai dunia. Treize Lune merekrut personilnya, dari beberapa negara di dunia. Beranggotakan ilmuwan-ilmuwan jenius yang dipimpin oleh Jean Paul.
Helmut Grünt mendengarkan sayup musik The Beatles favoritnya yang berjudul ‘Sie Liebt Dich’ dari salah satu toko di kawasan Unter der Linde, bagian timur Berlin. Langkahnya agak diperlambat agar dia bisa menikmati sedikit lagi melodi yang dilantunkan band Rock and Roll tahun 60-an itu.
“Entschuldigen Sie, bitte” sebuah suara menyapanya. Seorang pria bertubuh tegap bergaya metroseksual berkaca mata hitam, tiba-tiba berada di belakangnya.
Pria paruh baya itu membuka kertas kuning yang diberikan pria tadi. Membaca tulisan di atasnya perlahan. Wajahnya seketika memucat, bulu kuduknya serta merta berdiri. Sekarang Helmut yakin sepenuhnya, dia tidak akan dapat melarikan diri darinya sampai kapanpun. Sindikat itu akan terus mengejarnya, memasukkannya sebagai bagian dari mereka, karena Helmut adalah seorang yang jenius. Ahli dalam menduplikasi apapun. Bahkan manusia.
Ponselnya di sakunya bergetar.
Nomor Rusia.